SURAT PERINTAH SEBELAS MARET : FAKTA ATAU MITOS

1724
1

OLEH : ANDRIS K. MALAE

(PENGAJAR DI FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNG)

Sebuah kekuasaan sudah bukan rahasia umum lagi jika pada saatnya mengalami sebuah kegagalan bahkan runtuh dalam sekejap. Ada beberapa hal yang mengakibatkan ini terjadi antaralain, munculnya ketidakpercayaan masyarakat kepada pemimpinnya, terungkapnya kasus korupsi, tidak mampu menangani masalah negara, gagal menyalakan budaya inovatif dan lain sebaginya. Beda dengan Sokarno, masa kepemmpinanya justru gagal bukan karena persoalan yang telah ditulis diatas. Banyak versi terkait lengsernya Sokarno, didalamnya menuai pro dan kontra pelik yang sampai hari ini belum terpecahkan. Akan tetapi semuanya berawal dari “Surat Perintah Sebelas Maret” atau yang lebih dikenal dengan “SUPERSEMAR” ini justru informasinya bias tidak konsisten bahkan persepsi permasalahanya mengarah pada mitos dan fakta. Oleh karena itu tulisan ringkas ini akan membeberkan beberapa mitos dan fakta terkait supersemar.

MITOS dan FAKTA SUPERSEMAR

Secara umum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mitos adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut mengandung arti mendalam yang diungkap dengan cara gaib. Karena diceritakan secara gaib, maka kebenaran mitos sangat diragukan. Akan tetapi Kuntowijoyo justru mengatakan bahwa mitos bisa menjadi sebuah kekuatan sejarah. Begitu pula yang terjadi pada peristiwa penculikan tujuh Jenderal, persoalan siapa dalang dari penculikan tersebut, sampai sekarang belum ada satu tulisan yang mengungkap fakta yang sebenarnya, semuanya masih dalam konteks teori.

Berangkat dari konsep mitos, banyak orang yang beranggapan bahwa penyerahan kekuasaan kepada Soeharto tanggal sebelas maret adalah benar-benar dilakukan oleh Soekarno dalam keadaan sadar dan tidak ada tekanan psikologis yang diterimanya. Soekarno memberikan mandat kepada Soaharto dengan dalih pengaman kekuasaan. Faktanya bahwa kondisi psikologi dari Soekarno pada saat itu justru terganggu dengan munculnya beragam ancaman yang dilakukan oleh Soeharto, hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh anaknya dalam tulisan Slamet Soetrisno (2006). Sama dengan yang diungkapkan dalam buku “Supersemar: Cara Soeharto Mendapatkan Kekuasaan” yang ditulis oleh Tim Seri Historia (2018), bahwa proses pembuatan Supersemar diyakini dengan paksaan, karena sebelum tiga Jenderal yang diutus Soaharto menemui Soakarno, terlebih dahulu dikirim dua pengusaha untuk membujuk Soakrno untuk menyerahkan kekuasaan, sehingga dalam hal ini ada kepentingan terselubung yang telah direncanakan Soehato untuk Soekarno.

Selain itu, perlu diketahui bahwa sampai saat ini banyak yang tidak mengetahui seperti apa isi dari Supersemar, perintahnya seperti apa, bagaimana inti masalah yang terkandung didalam surat tersebut. Jangankan isinya, naskah asli dari Supersemar sampai sekarang masih banyak yang belum mengetahui keberadaannya, sehingga menimbulkan unsur kecurigaan dalam benak orang, bahwa Supersemar mungkin tidak ada, Supersemar hanyalah mitos yang sengaja dibentuk oleh sekolompok orang yang ingin menanamkan kekuasaan dengan memanfaatkan kondisi yang terjadi pada saat itu.

Faktanya bahwa Supersemar tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) tetapi menurut salah satu sumber online bahwa Supersemar yang tersimpan tersebut ada tiga versi dan setiap versi berbeda. Dengan demikian maka Supersemar tetap menjadi mitos yang faktanya perlu pembuktian lagi.

SUPERSEMAR: Sejarah yang Seharusnya

Sejarawan selalu bersikap objektif dalam memandang setiap fakta-fakta dalam setiap persitiwa yang telah terjadi, sehingga tidak kemudian men-judge siapa yang salah siap yang benar, masa siapa yang paling bagus dan paling bobrok dan lain sebagainya. Begitu juga dalam persepektif Soeharto ataupn Soekarno, antara keduanya memiliki masa yang berbeda-beda, karena orang bijak selalu mengatakan “di setiap masa pasti ada orangnya, setiap orang pasti ada masanya”. Akan tetapi dalam sejarah harus diungkap fakta yang benar-benar terjadi. Karena dalam tulisan ini bahasannya adalah Supersemar, maka semua yang berhubungan dengannya harus dilakukan pengkajian.

Setelah penyerahan kekuasaan, banyak terjadi kejanggalan-kejanggalan dalam kepemimpinan Soaharto, terutama tidak tersimpannya dengan baik Surat Perintah Sebelas Maret yang merupakan bukti autentik penyerahan kekuasaan Soekarno sebagai Presiden kepada Soaharto. Seharusnya Supersemar tersebut terarsipkan dengan baik, sehingga bukti primer yang nantinya akan berbicara fakta yang sesungguhnya, selain itu juga tidak ada yang meragukan isi surat tersebut. Apalagi Soeharto menduduki jabatan Presiden selama tiga piluh dua (32) tahun, ke-autenti-kan surat tersebut terjaga. Tetapi justru sekarang kita bisa menemukan Supersemar di ANRI dalam 3 versi, artinya telah ada upaya untuk mengganti isi surat tersebut atau bahkan surat yang asli telah dimusnahkan.

Harapannya adalah agar pengkajian terkait dengan Supersemar dan Soeharto segera terselesaikan dengan adanya bukti primer yang pasti masih dalam proses penelusuran para sejarawan, sehingga sejarah terkait Supersemar tidak lagi kabur, jelas dan dapat dipercaya oleh orang banyak.(**)

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here