Lika-Liku Perjuangan Patriot Gorontalo Nelson-Kris dan Terbukanya Tabir Penjegalan yang Gagal

437
0

GORONTALO (barometernewsgo.com)-Langkah politik Prof. Nelson dan Kris Wartabone menuju perhelatan Pilgub 2024, penuh lika-liku yang cukup mendebarkan. Ada nuansa “penjegalan” dari arah lain yang penuh misteri, tapi juga sangat terasa marwah perjuangan dan konsistensi dari Prof. Nelson Kris di sisi yang lain.

Apalagi saat menjelang detik-detik tahap pendaftaran, barisan pendukung Prof. Nelson-Kris sempat merasa was-was, khawatir dan cemas, jangan-jangan pak Prof. Nelson dan Kris batal maju pada Pilgub tahun ini.

Ternyata, hanya dalam hitungan jam, apa yang dikhawatirkan menjadi kenyataan. KWK B1 dari DPP PDIP yang sejak awal sudah sangat optimis ada di kubu Nelson-Kris, justru berpihak dan diserahkan kepada bakal calon pasangan lain.

Cukup mengagetkan memang, karena Kris Wartabone adalah Ketua DPD I PDIP Provinsi Gorontalo yang keanggotaannya sebagai kader militan sudah puluhan tahun lamanya.

Bahkan, sang kakek Pahlawan Nasional Nani Wartabone dan ayahanda tercinta A. Wartabone sejak orde lama, masih zaman Partai Nasional Indonesia (PNI) hingga Orde Baru, tidak pernah beralih ke Partai manapun, melainkan tetap setia di Partai nasionalis yang identik dengan Presiden Soekarno ini. Itulah yang menjadi sumber tanda tanya besar bagi masyarakat Gorontalo, khususnya para pendukung dan simpatisan Nelson-Kris yang sejak awal sudah ancang-ancang merapatkan barisan bagi keduanya. Ada apa dengan partai ini, apa yang terjadi dan pertanyaan demi pertanyaan lainnya.

Bahkan saat proses pendaftaran bakal calon di KPU berlangsung, beredar selentingan kabar di luar sana, bahwa konon Kris Wartabone sudah “dipecat” dari Ketua DPD I PDIP Provinsi Gorontalo dan digantikan oleh Olly Dondokambey dari Manado sebagai Pelaksana Tugas (Plt).

Di sisi yang lain, sampai dengan saat ini, Kris Wartabone mengaku bingung, tidak paham dan tidak mengerti apa kesalahan yang diperbuatnya. Bahkan tidak paham mengapa rekomendasi ke Pilgub diberikan kepada seseorang yang bahkan tidak semua pengurus di DPD I Provinsi Gorontalo mengenalnya.

Namun diduga keras, elit PDIP di Jakarta mungkin saja sudah mendapatkan “bisikan-bisikan” maut yang penuh dengan tendensi-tendensi yang hanya Tuhan yang Maha Mengetahui. Yang jelas ini sudah permainan di tingkat elit.

Terlepas dari itu semua, berbagai manuver dan gonjang-ganjing yang dialami oleh Kris Wartabone ini, sangat jelas, sasaran tembaknya adalah Prof. Nelson Pomalingo. “Sang dalang” rupanya terbilang cerdas, ia punya kalkulasi politik yang matang.

Menjegal Prof. Nelson lewat PPP dianggap hanya buang-buang energi, karena komposisi kursi PPP di Deprov tidak mencapai treshold.

Pertanyaannya, mengapa Prof. Nelson hendak dijegal dan dicungkil? Jawabannya karena Prof. Nelson dianggap kuat dan memang kuat dan tangguh. Ibarat pohon mangga “tidak ada yang melempar buah mangga yang “epa’o” pasti buah yang mengkal, masak dan ranum.

Oleh karena itu, Prof. Nelson seakan langkah kakinya dibuat pincang dengan menghilangkan “kaki sebelah, yakni PDIP, sehingga dianggap tidak mungkin menapaki puncak Botu dengan satu kaki.

Sasaran akhirnya, Nelson akan meninggalkan Kris Wartabone atau Kris Wartabone yang akan meninggalkan Prof. Nelson.

Namun, sehebat-hebatnya manusia melakukan intrik,manuver dan rekayasa, masih ada Allah SWT yang Maha Hebat. Buktinya, jalan-jalan Tuhan seakan membukakan pintu yang luas bagi Prof. Nelson dan Kris Wartabone, hingga keduanya tetap bisa maju mencalonkan diri pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo.

Gerakan mahasiswa yang menolak revisi Undang-Undang Pilkada beserta Keputusan Mahkamah Konstitusi yang membolehkan Partai Politik non parlemen untuk mengusung calon, semuanya itu, haqul yakin merupakan sebuah “gerakan Tuhan”.

Memang siapapun tidak boleh mengklaim apalagi takabur, bahwa gerakan Tuhan itu tertuju pada seorang Prof. Nelson dan Kris Wartabone.

Hanya saja dalam realitas dan fakta politik hari ini mengatakan, bahwa Prof. Nelson dan Kris Wartabone saat ini telah selesai mendaftar sebagai bakal calon Gubernur dan bakal calon Wakil Gubernur Gorontalo.

Selain itu, uluran tangan Partai berlambang kabah, Partai Hanura, Partai Perindo dan PSI yang bersedia mengusung Prof. Nelson dan Kris Wartabone pada Pilgub Gorontalo, diyakini ada camput tangan Tuhan di sana.

Seakan-akan ada sebuah “isyarat tersirat” bahwa Tuhan “ridha” Prof. Nelson-Kris menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur, bahkan jangan-jangan Allah juga “ridha”, Nelson-Kris menjadi pemimpin di Bumi Serambi Madinah ke depan.

Isyarat tersirat Itu bisa saja terjadi, karena biasanya, dalam realitas kehidupan di dunia ini, seseorang yang ditakdirkan menjadi “orang”, diperhadapkan dulu pada kesulitan demi kesulitan, tantangan demi tantangan, kemudian dianugerahi kekuatan hingga mampu menerobos kesulitan tersebut. Setelah itu anugerah “terbukanya” pintu-pintu jalan baginya menuju sukses datang menghampiri bahkan tak terduga.

Fenomena yang sama, nampaknya dialami oleh Prof. Nelson dan Kris. Ketika keduanya menghadapi adegan dan drama politik “penjegalan” pada saat-saat yang sangat genting dan menentukan, baik Prof. Nelson dan Kris Wartabone, justru dianugerahi keteguhan jiwa dan hati yang lapang, sehingga tetap kokoh tidak goyah melainkan bersatu makin erat.

Keteguhan dan kelapangan hati itu, bisa saja dipengaruhi oleh jejak pergulatan hidup keduanya yang selama ini bergelut dengan dunia spiritual. Prof. Nelson selama ini aktif mengikuti kajian-kajian ilmu Tasawuf yang senantiasa mengajarkan tentang hakekat hidup yang harus melapangkan hati seluas samudera. Sementara Kris Wartabone, jika dilihat dari rekam jejaknya selama ini, juga aktif dalam Jemaah Tabligh yang konsen dalam gerakan dakwah.

Juga, keteguhan jiwa dan kelapangan hati Prof. Nelson dan Kris Wartabone ini tentu tidak dapat dilepaskan pula dari jejak kiprah keduanya yang mewarisi semangat dan nilai-nilai perjuangan dan patriotisme.

Prof. Nelson adalah sang Deklarator dan Kris Wartabone cucu sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia di Gorontalo yang dikenal dengan hari patriotik 23 Januari 1942 yang diperingati oleh masyarakat Gorontalo setiap tahunnya.

Kini, Prof. Nelson dan Kris Wartabone sudah memasuki pintu gerbang kontestasi Pilgub Gorontalo 2024 dengan skor kemenangan 1:0. Ibarat pertandingan sepak bola, permainan masih berlangsung dan tantangan “penjegalan” kemungkinan besar potensi itu masih akan menerpa sehingga dibutuhkan sikap mawas diri.

Oleh karena itu, masyarakat pendukung dan simpatisan Patriot Nelson-Kris untuk selalu tegak lurus berpihak pada seni bermain politik yang sehat.

Patriot Gorontalo, Nelson-Kris pada Pilgub 2024, boleh disebut merupakan satunya-satunya pasangan calon yang nampaknya masih bisa diandalkan dan menjadi sandaran bagi masyarakat yang masih “waras”, rasional dan cerdas dalam mengusung seni politik yang sehat dan mencerahkan.(***).Ali Mobiliu)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here