Potret Kepemimpinan, Antara yang “Membangun” dan Sekadar “Menyenangkan” Hati Rakyat

1149
0

Oleh : Ali Mobiliu

Pemred Swara Gemilang

Di era demokrasi saat ini, masyarakat harus lebih jeli dan peka dalam mengamati dan mencermati fenomena pemerintahan dan pembangunan, baik dalam skala daerah maupun nasional. Jika diidentifikasi, sebenarnya hanya ada 2 model kepemimpinan dan pemerintahan, yakni Pertama, Pemimpin yang memiliki semangat “membangun” dan Kedua, pemimpin yang “berusaha menyenangkan hati rakyat”. Kedua model ini ibarat manusia kembar, sulit dibedakan.

Kedua model pemerintahan ini memiliki perspektif dan pandangan yang berbeda terhadap rakyat yang dipimpinnya. Pertama, pemimpin yang memiliki semangat membangun senantiasa memiliki perspektif bahwa kepemimpinan dan pemerintahan pada hakekatnya adalah sebagai “fasilitator dan dinamisator” yakni memfasilitasi masyarakat agar menjadi dinamis. Perspektif ini dipicu oleh pemikiran bahwa masyarakat adalah individu-individu  yang berakal, beradab dan bermartabat yang memiliki kekuatan dan semangat untuk bangkit bagi masa depan kehidupannya yangg lebih baik. Dari situlah kemudian, seorang pemimpin bersemangat dengan menggagas pembangunan yang dapat memfasilitasi dan dibutuhkan oleh masyarakat, seperti membangun fasilitas jalan, jembatan, Puskesmas, rumah sakit, taman kota, membangun fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi masyarakat, memberikan pelatihan keterampilan kepada masyarakat dan program-program pemberdayaan masyarakat.

Kedua, Pemimpin pemerintahan yang hanya sekadar “menyenangkan hati rakyat”, pemimpin tipe ini cenderung “populis dan menghibur” rakyat, menyuapi masyarakat dengan program-program yang  tidak produktif bahkan konsumtif, melaksanakan kegiatan dan agenda pemerintahan yang cenderung bersifat seremonial, cenderung membagikan sembako. Pokoknya tipe pemimpin seperti ini cenderung tangan di atas, selalu memberi, kemana-mana membawa sarung, mukena, baju koko bahkan uang untuk diberikan kepada masyarakat, menjamu masyarakat di setiap kegiatan atau bahkan seringkali “mentraktir” warganya makan Basho, pisang goreng dan sebagainya. Kalau kemurahan hatinya itu menggunakan “uang pribadi” tentu tidak menjadi persoalan, tapi yang menjadi persoalan adalah menggunakan uang negara, APBN dan APBD, bahkan menggunakan uang suap dan jenis uang haram lainnya. Tipe pemimpin seperti ini cenderung mengorbankan rakyat demi popularitasnya dan demi kekuasaan.

Demikian juga tipe pemimpin seperti ini memiliki ciri-ciri, diantaranya berusaha merangkul dan mengakomodir para aktifis yang kritis dan radikal dengan berbagai iming-iming, uang dan proyek-proyek tertentu, agar pemerintahannya aman dari kritikan.  Sementara para aktifis yang enggan dan menolak untuk dirangkul ia justru menaruh dendam dan amarah. Fenomena ini adalah bagian dari kepemimpinan yang tidak kondusif, tidak mendidik dan tanpa disadari mencederai hakekat dan kesejatian seorang pemimpin.

Dalam konteks kepemimpinan di Kab. Gorontalo, Alhamdulillah nuansa yang diemban oleh Bupati Prof. Nelson Pomalingo adalah jenis kepemimpinan yang pertama, yakni kepemimpinan dengan semangat membangun yang tinggi. Indikatornya dapat dilihat dari beberapa kebijakan Bupati Prof. Nelson yang terus membangun fasilitas-fasilitas yang sangat urgen dibutuhkan oleh masyarakat dan dapat bermanfaat dalam jangka panjang. Misalnya, membangun Rumah Sakit Boliyohuto, membangun pelabuhan Bilato, membangun dan memperbaiki ratusan kilometer jalan yang dapat mengakses kawasan pertanian, membangun jembatan, drainase dan bendungan, termasuk membangun Taman Madinatul Ilmi di Limboto, Shopping Centre dan infrastruktur monumental dan jangka panjang lainnya.   Indikator lainnya adalah Bupati Prof. Nelson Pomalingo memberi ruang yang seluas-luasnya kepada para aktfis untuk melakukan kritik atas jalannya pemerintahan di semua lini. Tidak heran, di Kab. Gorontalo selama ini,selalu diwarnai unjuk rasa dan aksi-aksi, termasuk semua masyarakat bebas bersuara di media sosial. Yang jelas, Bupati Prof. Nelson sejauh ini membuka keran kebebasan untuk menyuarakan pendapat dan kritik sepanjang kritik itu disampaikan secara beradab, jauh dari tindakan anarkis  dan murni untuk kepentingan masyarakat, bukan unjuk rasa karena tendensi tertentu atau pesan-pesan sponsor.   

Itulah sebabnya, bagi seorang aktifis yang berpikir mencoba“mencubit” dengan maksud agar ia akan dirangkul dan diakomodir oleh Bupati Prof. Nelson, seperti strategis yang diterapkannya pada pemimpin-pemimpin lain di Gorontalo, maka di hadapan Bupati Prof. Nelson, sikap, pemikiran dan siasat seperti itu sama sekali tidak mempan.

Prof. Nelson Pomalingo bukan tipe pemimpin yang “mudah digertak”, bukan pemimpin yang memandang kekuasaan adalah segalanya sehingga takut dan alergi dengan gerakan-gerakan apalagi gertakan-gertakan. Bupati Prof. Nelson sangat berbeda dengan type pemimpin lainnya yang seakan mudah digertak kemudian siap merangkul dan mengakomodir kepentingan seseorang. Prinsipnya adalah, gerakan untuk kepentingan rakyat, Yes !, gerakan untuk kepentinganmu dan kepentingan kelompokmu, NO !.  

Artinya, Prof. Nelson  sangat paham tentang arti demokrasi dan mampu membaca arah yang tersirat dari sebuah gerakan. Ia adalah  pemimpin yang sudah matang dan berpengalaman, yang pernah memimpin kampus yang menjadi “sarang” para kaum muda dengan darah yang bergelora dan seorang Prof. Nelson juga pernah menjadi aktifis, terutama aktifis pembentukan Provinsi Gorontalo yang pernah berhadapan dengan para penguasa kelas nasional.(***)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here