KABGOR (barometernewsgo.com)-Proses kontestasi demokrasi adalah suatu hal yang biasa bagi seorang Nelson Pomalingo. Bagaimana tidak, sejak 5 tahun kepemimpinan Nelson di periode pertamanya terbukti Nelson bukan sosok yang ambisius.
“Dia (Nelson-red) bukan orang yang ngotot-ngototan seperti orang lain, jika ingin meraih sesuatu. Bahkan pula kami menilainya sebagai sosok yang tidak ambisius,” kata Helmy Hippi saat menggambarkan sosok Nelson Pomalingo kepada media, Senin (25/1).
Ia mencontohkan, seperti pada proses demokrasi yang pernah terjadi diawal Provinsi Gorontalo, Nelson menjadi salah satu calon Gubernur yang kalah, tapi tidak ngotot dan menghormati proses demokrasi.
“Dirinya tidak menandatangani gugatan kala itu, karena sebagai calon wakil gubernur, Pak Nelson bukan dalam kapasitas sebagai penentu, menandatangani atau bahkan diminta untuk menandatangani proses gugatan di Mahkamah konstitusi,” tuturnya.
Senada dengan Helmi, Adam Kasim juga pernah mendengar cerita itu. Tidak menandatangani gugatan, karena Nelson sangat menghormati pilihan rakyat kala Pilgub lalu.
“Saya juga dengar seperti itu. Beliau (Nelson) tak mau jika tindakannya itu hanya lahir karena keterpaksaan, bukan karena ada ketidakberesan dalam Pilgub lalu. Dan ini yang kami jempol,” ujar dia.
Sementara, tokoh pemuda Bongomeme Cs, Edi Nurkamiden menyimpulkan, Nelson adalah orang yang selalu menghormati regulasi.
“Bisa saja, seluruh pendukung melakukan tindakan atau apa saja bagi siapapun orang yang menentang. Tetapi beliau (Nelson) selalu mengingatkan untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat merusak tatanan demokrasi. Karena tujuan Sang Profesor hanya mau untuk membangun daerah bukan untuk merusak daerah,” tutup Edi.