Gubernur Rusli Habibie, Kota Kembang Bandung dan Nostalgia yang Bermakna

1010
0

GORONTALO (barometernewsgo.com)- Kunjungan kerja Gubernur Gorontalo Rusli Habibie ke Kota Bandung, sejak 22 Januari 2022, boleh disebut, bukan kunjungan kerja biasa. Meski orang nomor satu di Gorontalo ini, pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, pernah menjadi Ketua HPMIG Bandung, Ketua Asrama Mahasiswa Cihampelas Bandung dan pernah berkarir di Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Bandung, namun kunjungan Rusli Habibie kali ini, tidak untuk bernostalgia, tapi begitu banyak agenda yang ia perjuangkan untuk Gorontalo. Kalaupun bernostalgia, namun nostalgia yang sungguh bermakna.

Selain melakukan pertemuan khusus dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Rusli Habibie pada Minggu (23/1) menggemakan peringatan Hari Patriotik 23 Januari di kalangan masyarakat Gorontalo di Bandung. Hal itu dipandang penting, karena banyak warga Gorontalo di Bandung, terutama generasi mudanya yang sudah tidak mengenal lagi daerah leluhurnya. Dengan upaya Guberur RH ini, maka diharapkan, semangat patriotisme dan kecintaan terhadap Gorontalo tetap terpatri di kalangan masyarakat Gorontalo rantau.

Di Kota Bandung ini juga, Gubernur Rusli Habibie menerima anugrah Tanda Kehormatan Kartika Pamong Praja Madya dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang disematkan langsung oleh Rektor Dr. Hadi Prabowo pada apel pagi di hadapan mahasiswa dan civitas akademika IPDN, di kampus IPDN Jatinangor Bandung.

Anugerah tanda kehormatan ini, merupakan wujud apresiasi kepemimpinan dan pemerintahan Gubernur RH yang mendayagunakan aparatur Pamong Praja  secara baik  dan elegan. Anugrah Tanda Kehormatan ini, bukan untuk Rusli Habibie pribadi, melainkan dipersembahkan untuk rakyat Gorontalo.

Tidak hanya itu saja, agenda penting Gubernur Rusli Habibie di kota yang berjuluk Kota Kembang itu, sangat terkait erat dengan kepentingan dan masa depan anak-anak pelajar dan mahasiswa Gorontalo yang saat ini dan ke depan memilih Kota Bandung sebagai tempat studi.

Dalam beberapa hari terakhir ini, Gubernur Rusli Habibie secara intens melakukan pertemuan dengan Pengurus Yayasan Himpunan Warga Gorontalo (HWG) Bandung guna membahas persoalan 2 unit Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bandung yang saat ini, kondisinya sangat memprihatinkan karena sudah tidak layak huni lagi.

Berbeda dengan Asrama Mahasiswa di Jakarta, Surabaya, Jokyakarta, Manado, Minahasa dan daerah lainnya di Indonesia, yang saat ini sudah tampil megah berkat sentuhan perhatian Pemerintah Provinsi, maka 2 Asrama Mahasiswa Bandung, status kepemilikannya berada di bawah naungan Yayasan HWG Bandung. Hal itu tidak memungkinkan bagi Pemerintah Provinsi untuk melakukan renovasi terhadap asrama putra yang berlokasi di jalan Cukang Kawung Bandung dan Asrama Putri yang berada di jalan Setia Budi Bandung.

Oleh karena itu, Gubernur Rusli Habibie,  Ketua TP-PKK Provinsi Gorontalo Idah Syahidah RH dan Ketua DPRD Provinsi Gorontalo Paris R.A Jusuf, menaruh harapan besar pada Pengurus Yayasan HWG Bandung untuk kooperatif menyerahkan kembali aset asrama mahasiswa Gorontalo tersebut ke Pemerintah Provinsi Gorontalo agar dapat dibenahi dan dikelola secara baik sehingga mahasiswa Gorontalo di Bandung sebagai generasi penerus dapat terbantu dan nyaman dalam proses belajarnya.

Upaya Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dalam melakukan pendekatan dengan Pengurus Yayasan HWG Bandung,  bukan hanya kali  ini, melainkan sudah beberapa kali, namun selalu menemui jalan buntu. Ketua Yayasan HWG Bandung Faruk Sunge dan beberapa pengurus lainnya, nampaknya sudah legowo dan cukup memahami maksud baik Pemerintah Provinsi Gorontalo. Hanya saja masih ada sebagian pengurus lainnya yang tetap “ngotot” dan bersikukuh mempertahankan aset yang sangat berarti bagi masa depan SDM Gorontalo tersebut.

Sikap ngotot itu sulit dipahami, karena kedua Asrama yang dimaksud pada awalnya dibeli dengan dana ganti rugi tanah dan Gedung Asrama Mahasiswa Gorontalo di Jalan Cihempelas Bandung yang ketika itu terkena proyek   jalan layang Pasopati tahun 1995.

Dalam sejarahnya, Asrama Mahasiswa Cihempelas pada era tahun 1960-an diupayakan oleh mendiang Pahlawan Nasional Nani Wartabone kerjasama dengan Pemerintah Kota Bandung kala itu. Yang mengherankan, sikap ngotot itu juga terkesan “tidak rasional” dan mengada-ada. Sebab di satu sisi, kondisi Asrama sudah sangat memprihatinkan dan mendesak untuk direnovasi, sementara Yayasan HWG sendiri, tidak memiliki daya dan upaya untuk melakukan tindakan apapun.

Bagi Gubernur Rusli Habibie, persoalan Asrama Bandung tahun ini harus tuntas. Bagi Ketua DPD I Golkar Provinsi Gorontalo ini, Asrama Mahasiswa Gorontalo Bandung harus mendapatkan solusi terbaik, karena menyangkut masa depan Sumber Daya Manusia Gorontalo, baik saat ini dan di masa mendatang. Lagi pula Pemerintahan Rusli Habibie saat ini tengah mengupayakan Perda Pengelolaan Asrama Mahasiswa di seluruh Indonesia untuk memastikan kenyamanan Generasi Gorontalo yang tengah studi di luar daerah.

Itulah sebabnya, Rusli Habibie berharap agar Pengurus Yayasan HWG Bandung berbesar hati mengedepankan kepentingan dan masa depan generasi muda Gorontalo dari pada kepentingan pribadi dan kelompok. Sebenarnya Pemerintah Provinsi bisa saja mengambil langkah hukum yang tegas atas persoalan Asrama Gorontalo di Bandung, hanya saja Rusli Habibie dan pengurus HPMIG Bandung masih memberikan ruang musyawarah sebagai penghormatan terhadap senior dan sesepuh Gorontalo yang menjadi pengurus Yayasan HWG Bandung.  Namun jika masih tetap bersikukuh, tentu tidak ada jalan lain yang harus ditempuh selain tuntutan hukum. Bagi Gubernur Rusli Habibie, masa depan anak-anak pelajar dan mahasiswa adalah segala-galanya, karena di tangan merekalah masa depan Gorontalo itu dipertaruhkan.

Jika ditelaah, komitmen Gubernur Rusli Habibie yang menaruh perhatian besar  pada kalangan pelajar-mahasiswa, lebih khusus lagi perhatian terhadap nasib dan masa depan Asrama Mahasiswa Gorontalo di luar daerah, didorong dan dilandasi oleh 3 faktor penting, yakni, Pertama, Faktor Sejarah ; Gubernur Rusli Habibie menyadari betul, bahwa HPMIG sebagai wadah pemersatu pelajar dan Mahasiwa Indonesia-Gorontalo, memiliki andil yang sangat besar terhadap perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo. Tahun 1998, saat euforia reformasi bergulir, organisasi pertama yang menyuarakan dan merekomendasikan pembentukan Provinsi Gorontalo adalah HPMIG. 

Selain itu, dalam sejarah perjalanan Gorontalo, HPMIG melahirkan kader-kader pemimpin Gorontalo sepanjang masa. Boleh disebut, HPMIG adalah pelopor perubahan di Gorontalo.  Bahkan di era tahun 1920-an meski HPMIG belum lahir, namun para pemuda pelajar dan mahasiswa perantauan, menjadi penentu sejarah di Gorontalo, sebutlah misalnya, Pahlawan Nasional Nani Wartabone yang memproklamirkan kemerdekaan Gorontalo tahun 1942, adalah alumni Pelajar dari Surabaya. Demikian juga, HB Yasin, Jus Badudu, Jhon Ario Katili, H. Aloei Saboe, H. Piola Isa, Alwi Abdul Djalil Habibie (ayah kandung mantan Presiden BJ Habibie), H. Yusuf Halalutu, Ketua DPRD-GR Kota Gorontalo di era tahun 1960-an, Hasan Abas Nusi, mantan Walikota Gorontalo dan masih banyak lagi tokoh-tokoh pemimpin  di Gorontalo dan juga nasional, sebagian besar pada masa muda mereka, merantau dan mengenyam pendidikan di luar daerah. Spirit pemuda-pelajar dan mahasiwa perantauan, sebagai pelopor perubahan  inilah yang menggelayut dalam benak seorang Gubernur RH sehingga memberi porsi perhatian terhadap HPMIG.

Kedua, Faktor Masa Depan Gorontalo. Gubernur RH menyadari betul, bahwa pendidikan di luar daerah, terutama di Pulau Jawa harus diakui selangkah lebih maju dari Gorontalo. Oleh karena itu, keberadaan pelajar dan mahasiswa di luar Gorontalo sangat penting bagi masa depan daerah ini. Kelak diharapkan, setelah pulang ke kampung halamannya, para pelajar dan mahasiswa Gorontalo dapat menjadi pelopor bagi kemajuan dan masa depan Gorontalo yang lebih baik. Itulah visi yang dapat dimaknai yang bergelayut dalam benak seorang Gubernur RH yang patut diapresiasi.

 
Ketiga, Faktor pengalaman pribadi RH sebagai spirit. Gubernur Rusli Habibie pernah menjadi anak Asrama Mahasiwa Gorontalo yang berlokasi di Jalan Cihampelas No. 88 Bandung di era tahun 1980-an. Meski Asrama yang dikenal dengan AMIGO Bandung itu, sekarang tidak berbekas lagi, karena lokasinya sudah dilintasi oleh Jalan Tol Pasopati Bandung, namun suka-duka tinggal di Asrama mahasiswa selama bertahun-tahun masih menyimpan sejuta kenangan indah yang tak akan terlupakan dalam hidpunya.

Paling tidak, itulah instrumen yang mendasari  semangat, tekad dan komitmen Gubernur Rusli Habibie yang menaruh kepedulian terhadap keberadaan Asrama Mahasiswa di luar daerah yang akhir-akhir ini menyita perhatian dan diapresiasi masyarakat. (ALI MOBILIU).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here